Kabarin Mentormu Lagi - Paragraf Pagi Hari #1
🙏🏼 Terima kasih, Hasan.
“Kalau dikasih saran, ya kerjakan. Jangan cuma ditanya, terus 6 bulan kemudian balik ke saya lagi dengan pertanyaan yang sama. Seringkali saya semangat memberikan ide dan nasehat, tapi ternyata masuk kuping kiri keluar kuping kanan.” - Hasan Kubba
Newsletter ini adalah salah satu bentuk komitmenku terhadap Hasan Kubba. Hasan Kubba merupakan salah satu dari 2 penulis buku Unfair Advantage yang membahas tentang cara menemukan dan menggunakan privilege untuk menemukan versi sukses kita masing-masing. Hasan Kubba juga merupakan mentor dari banyak orang hebat seperti Ali Abdaal, Mark Tilbury, dan beberapa pebisnis yang namanya tidak bisa disebutkan. Aku bisa bertemu Hasan Kubba karena dari dulu memang sudah cukup aktif dalam mendukung karya-karyanya. Oleh karena itu, pesanku jadi lebih mudah untuk di-notice. Waktu dapet kesempatan ke Inggris kemarin, aku kirim DM, kemudian kita janjian untuk ketemu di restoran Nando’s di sekitar barat laut (northwest) kota London.
Aku menanyakan Hasan Kubba tentang berbagai hal, di antaranya mengenai bisnis. Aku tanyakan, “Hasan, apa kira-kira yang bisa saya lakukan supaya suatu saat nanti saya bisa menjadi salah satu mentee-mu?”.
Kata Hasan, “Sederhana, jalankan saja saran-saran yang saya berikan, kemudian laporkan kembali di kemudian hari. Seringkali saya memberikan nasehat, tapi ternyata 6 bulan kemudian orang tersebut datang kembali untuk menanyakan hal yang sama. Bayangkan, saya sudah susah panjang memberikan ide buatmu untuk apa? Coba lapor ke saya. Ketika saya melihat hasil penerapan dari ide yang saya berikan, ini semua terasa jadi seperti permainan bagi saya. Saya senang melakukannya.”
Wow. Bener juga ya. Aku pernah berada di kedua sisi soal ini. Banyak dari teman atau kerabatku yang bertanya, “Zahid, gimana sih cara jadi YouTuber?”, dan setelah aku berikan penjelasan panjang lebar ternyata 2 bulan kemudian orang tersebut kembali untuk menanyakan hal yang sama. Bukankah sebelumnya sudah kujelaskan? Bahkan, history chat-nya juga masih ada, lho.
Di sisi lain, aku juga sering jadi pelaku. Misalnya, aku tanya gimana caranya bisa diterima kuliah di luar negeri dengan beasiswa. Di saat itu juga aku diberikan penjelasan dan strategi panjang lebar. Eh, ternyata 3 bulan kemudian aku balik lagi, "Kak, boleh minta tips persiapan kuliah di luar negeri, nggak?"
Kalau gitu, berarti aku nggak ada buat kemajuan yang berarti, dong? Aku nggak ada coba buat langkah yang konkret, dong? Aku nggak melakukan apa-apa sehingga aku nggak bisa melaporkan hal kayak “Kak, karena saran Kakak aku berhasil dapet IELTS dengan skor segini, nih.” atau “Kak, karena saran Kakak kemarin aku berhasil ikut organisasi di bidang X yang relevan dengan jurusan yang mau kupilih, nih.”
Yang disampaikan Hasan Kubba ini sangat melekat denganku. Aku jadi dipaksa untuk berpikir–udah berapa kali aku nanyain saran dan udah ada berapa dari saran yang kuterima udah diubah jadi aksi nyata? Kalau misalnya diminta progress report dari mentor-mentorku, apakah ada yang bisa aku jawab?
Tadi, aku baru aja nge-WA Hasan Kubba untuk melaporkan kepadanya, “Hasan, aku sangat berterima kasih kepadamu. Saranmu sangat melekat denganku dan aku siap untuk membawa bisnisku ke level selanjutnya. Aku tidak mau bertemu denganmu 5 bulan kemudian untuk meminta saran yang sama. Langkah yang baru saja kubuat adalah membuat newsletter dan membangun email list. Aku tidak sabar untuk melihat potensi impact dan pendapatan yang akan didatangannya.”
Tak lama kemudian Hasan menjawab “Luar biasa, kawan! Saya senang kau sudah menghubungi.”
Setelah itu, Hasan dengan semangat memberikanku tips dan ide untuk langkah bisnis selanjutnya.
Terima kasih, Hasan.
Pertanyaan: Adakah seseorang yang sarannya pernah teman-teman minta sebelumnya? Mungkin sudah waktunya kita ketuk lagi DM orang tersebut untuk melaporkan progress dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya.
💫 Favorit Minggu Ini
📚 Buku
Buku yang saat ini aku baca berjudul Do Hard Things karya Steven Magness.
Inti dari buku ini mengajarkan kita bagaimana caranya untuk tahan menghadapi hal-hal tersulit dalam hidup. Aku membeli buku ini karena beberapa kali direkomendasi oleh pelari profesional yang aku ikuti. Di tanggal 17 September nanti aku akan lari event marathon (42.195 km) pertamaku di Sydney, Australia. Sejujurnya, aku nggak begitu percaya diri untuk event ini. Aku beberapa kali skip latihan dan merasa bahwa terjun ke program maraton terlalu cepat. Nggak jarang, aku juga menonjok-nonjok diriku sendiri ketika gagal mencapai target di minggu tertentu.
Buku ini mengajarkanku untuk membangun rasa pemahaman dan apresiasi terhadap diri sendiri. Ternyata, banyak dari cara pandang kita tentang ketangguhan (toughness) itu sudah kedaluwarsa. Arti dari ketangguhan itu bukanlah selalu memaksakan diri meskipun semua sinyal sudah berkata stop.
Bagian dari ketangguhan itu juga adalah memahami dan menerima kenyataan, lalu membuat keputusan serasional mungkin untuk langkah yang akan kita ambil selanjutnya.
🎙 Podcast
Aku senang mendengarkan podcast: The Diary of a CEO
Podcast ini di-host oleh Steven Bartlett. Ia mengundang CEO dan pemimpin dari berbagai macam bidang untuk diwawancara selama 1-2 jam. Dari Steven Bartlett, aku menemukan Quitting Framework yang kala itu membantuku memutuskan apakah aku ingin mengganti jurusan atau tidak.
Aku juga mendapatkan beberapa insights tentang membangun dan mengembangkan podcast, di antaranya adalah tentang pentingnya konsistensi. Selain dari “istirahat kreatif” yang aku dan tim ambil di sekitar kwartal pertama 2023 kemarin, aku konsisten mempublikasikan 1 episode podcast setiap minggu. Setelah lebih dari setengah tahun, perkembangannya terasa sangat signifikan dan kemarin kita menduduki posisi Top 20 di Spotify Podcast Charts untuk Indonesia. Sekarang ranking-nya sudah turun lagi, tapi ini bukanlah hal yang terpenting. Intinya, perbedaan dari publish episode konsisten 1 kali seminggu dan publish episode jarang-jarang itu sangat terlihat.
🇮🇩 Pulang Kampung
Akhirnya, aku akan pulang kampung lagi. Selama di Indonesia, aku akan berkeliling di Balikpapan, Surabaya, Solo/Madiun, Jogja, Bandung, Jakarta, hingga akhirnya nanti Pekanbaru dan beberapa kota di sekitar tempat tinggalku di Riau. Barangkali teman-teman punya rekomendasi tempat untuk dikunjungi atau ada event yang kira-kira asik untuk dihadiri, feel free untuk balas ke email ini ya…
🏃🏻♂️ Mencari Teman Lari
Selain itu, aku juga lagi cari teman untuk nemenin aku explore kota-kota yang aku kunjungi sambil lari. Kecepatan lari santaiku (easy run) biasanya di antara 7-8 menit per kilometer dan menu latihan lariku ada di antara jarak 5-15 kilometer (ada beberapa kali latihan). Ini ada di pertengahan program marathon, jadi kalau teman-teman merasa ada di level kebugaran yang serupa, kabarin ya. Siapa tau kita bisa lari bareng.
Selamat menghadapi minggu baru!
Terima kasih,
Zahid